waktu demi waktu berganti, siang dan malam silih berganti menjadi hitungan minggu, bulan, dan tahun. Pergantian waktu tersebut sejalan dengan perputaran bumi pada porosnya serta pergerakan matahari mengelilingi bumi tiada hentinya sesuai dengan sunatullah.
Karena perputaran matahari mengitari bumi tersebut maka terjadilah pergantian dan perhitungan waktu sebagaimana yang telah digariskan Allah subahanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :
فَالِقُ الإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al An’am: 96 )
Dengan silih bergantinya malam dan siang yang secara terus menerus secara rutin, dewasa ini kita telah berada dipenghujung tahun 2011 Masehi yang mendasarkan perhitungannya pada rotasi matahari. Dan sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2012 sebagai tahun yang harus dilalui sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Begitu cepat rasanya waktu berlalu, tahun 2011 sebentar lagi akan ditinggalkan dan tahun 2012 telah berada diambang pintu, begitu pula menurut perhitungan angka umur manusia semakin meningkat. Bayi tumbuh berkembanmg menjadi balita, balita menjadi menjadi anak-anak, anak-anak menjadi remaja, remaja menjadi pemuda selanjutnya menjadi dewasa dan dewasa semakin mendekati lanjut usia (lansia) atau mendekati umur diambang senja.
Kondisi sedemikian telah secara tegas dinyatakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاء وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”(QS. Ar Ruum : 54 )
Meskipun menurut perhitungan angka perubahan waktu umur umur manusia semakin meningkat, namun pada hakekatnya dalam perhitungan batas umur yang telah digariskan oleh Sang Maha Pencipta secara pasti manusia semakin mendekati garis limit dari umurnya. Selanjutnya kelak kita akan menuju alam barzah (alam kubur ) sebagai alam peralihan (transisi) untuk dibangkitkan kembali di alam akhirat , sesuai dengan Firman Allah subahanahu wa ta’ala :
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ
“dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” ( QS. Al Hajj : 7 )
Apa Yang Telah Diperbuat
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam dalam sebuah sabda beliau menyebutkan :
“ Tidak akan bergeser kaki seseorang pada hari kiamat sebelum dipertanyakan tentang 4 hal selama yang bersangkutan hidup didunia, yaitu mengenai umurnya selama hayat dikemanakan dan apa yang telah diperbuat, mengenai hartanya dari mana diperoleh dan dipergunakan untuk apa, mengenai ilmunya untuk apa diamalkannya dan mengenai anggota badannya digunakan untuk apa ( apakah untuk maksiat atau kebaikan ) “ ( al-Hadits )
Sejalan dengan hadits diatas maka berketepatan dengan berakhirnya tahun 2011 dan dimasukinya sejarah barun tahun 2012 , seyogyanya kita semua kembali merenungi sejarah hari-hari berlalu yang telah kita jalani, apa saja yang kita perbuat sepanjang waktu satu tahun berlalu. Sebagai invidu manusia perlu untuk melakukan perhitungan atas dirinya sendiri ( muhasabah) . Hal itu sejalan dengan apa yang dimaksud dalam hadits berikut ini“;
سنن الترمذي ٢٣٨٣: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ قَالَ وَمَعْنَى قَوْلِهِ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ يَقُولُ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيُرْوَى عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا وَيُرْوَى عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ قَالَ لَا يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ
Sunan Tirmidzi 2383: Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Waqi' telah menceritakan kepada kami 'Isa bin Yunus dari Abu Bakar bin Abu Maryam, dan telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman telah mengkhabarkan kepada kami 'Amru bin 'Aun telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Al Mubarak dari Abu Bakar bin Abu Maryam dari Dlamrah bin Habib dari Syaddad bin Aus dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam beliau bersabda: "Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah." Dia berkata: Hadits ini hasan, dia berkata: Maksud sabda Nabi "Orang yang mempersiapkan diri" dia berkata: Yaitu orang yang selalu mengoreksi dirinya pada waktu di dunia sebelum di hisab pada hari Kiamat. Dan telah diriwayatkan dari Umar bin Al Khottob dia berkata: hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha Agung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di dunia." Dan telah diriwayatkan dari Maimun bin Mihran dia berkata: Seorang hamba tidak akan bertakwa hingga dia menghisab dirinya sebagaimana dia menghisab temannya dari mana dia mendapatkan makan dan pakaiannya."
Kita sebagai individu manusia dalam kehidupan sehari-hari bertindak dan menjalankan fungsi dan perang masing-masing yang berbeda-beda, baik bagai seorang pemuda, selaku suami/isteri, seorang ayah dan kepala rumah tangga, sebagai isteri dan ibu rumah tangga, sebagai karyawan/karyawati atau pegawai negeri dan segala macam profesi tentunya telah menjalankan peran dan fungsinya masing-masing sesuai dengan eksistensinya.
Peran dan fungsi sebagai amanah dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada segenap insan tentunya harus dijalankan sesuai dengan norma-norma dan hukum yang berlaku, baik norma-norma dan hukum yang digariskan dalam syari’at agama berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, juga norma-normat dalam kemasyarakatan serta undang-undang permerin tah yang berlaku.
Selaku remaja atau anak muda generasi penerus apakah yang telah kalian lakukan sepanjang tahun ini, apakah pergaulan kalian telah sejalan dengan tuntunan syari’at, terlibatkah kalian dalam mabuk-mabukan dengan minuman keras, obat-obatan terlarang ( narkotika), perkelahian antar remaja dan tindak-tindakan kemaksiatan serta tidak senonoh lainnya ?
Bagi seorang suami, ayah dari anak-anak dan kepala rumah tangga sudahkah dijalankan sdengan benar, bagaimana menjadi suami yang baik bagi isteri, apakah kita sudah menjadi seorang ayah dan seorang kepala rumah tangga yang baik, yang patut diteladani oleh anggota keluarga , sudahkah kita melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh syari’at agama kita dan meninggalkan segala bentuk larangan agama, atau kita melakukan hal-hal yang sebaliknya, apa yang kita berikan kepada keluarga, apakah bersumber dari yang halal atau haram?
Selanjutnya bagi seorang pegawai negeri dan karyawan sudahkah kita berdisiplin sebagaimana yang diharapkan, sudahkah kita melakukan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada kita, sudahkan kita jauhkan tindakan-tindakan yang tercela yang tidak boleh dilakukan. Begitu pula selaku seorang pemimpin, apakah kita telah menjauhi tindakan yang hanya menguntungkan kepentingan pribadi dengan menimbulkan kerugian berbagai pihak.
Dan yang paling utama kita sebagai individu-individu muslim, perlu merenungi diri kita sendiri tentang apakah kita sudah melakukan perbuatan amal shalih yang diperintahkan oleh syari’at, menjauhkan segala bentuk larangan, sudahkah kita menjauhi segala bentuk perbuatan maksiat yang berbuah dosa, apakah kita pernah melakukanperbuatan zalim terhadap sesama manusia atau melakukan kezaliman atas diri kita sendiri.
Lembaran-lembaran masa lalu merupakan sejarah hidup kita secara amat rinci dan itulah yang kelak akan disodorkan kepada kita untuk dibaca di hadapan Allah pada hari perhitungan nanti. Allah subahanahu wa ta’ala berfirman :
اقْرَأْ كَتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu" (QS. Al Israa’ : 14).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala tersebut lebih dipertegas lagi dengan firman-Nya :
وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. “ ( QS. Al Jaatsiyah : 28)
Justeru itu lebih tepat apabila sebelum tibanya hari panggilan akhirat kelak kita semua mau mengadili diri sendiri
Dengan merenungi sejarah hidup tahun yang telah berlalu sebagai intropeksi atau evaluasi yang dalam Islam dinamakan muhasabah
Bagaimanakah Hari Esok
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( QS. Al Hasyr: 18 )
Ibnu Qaiyim Al Jauzi rahimahumullah dalam menadisrkan ayat tersebut berkata : Maksud “ memperhatikan” dalam ayat tersebut diatas ialah memperhatikan kelengkapan persiapan untuk ,menmyongsong hari akhirat, menmdahulukan apa yangb bisa menyelamatkannya dari siksa Allah, agar wajahnya menjadi bersih di sisi Allah.Umar Ibnu Khattab radhyallahu’anhum pernah berkata : “ Hisapblah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang dan berhiaslah kalian untuk menghadapi hari penampakan yang agung “
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda
“Orang yang hari ini sama dengan hari kemarin, atau orang yang hari esok sama dengan hari ini, orang itu akan merugi. Orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin orang itu sungguh celaka, tetapi apa bila hari ini lebih b aik dari kemarin, atau hari esok lebih baik dari hari ini, maka orang itu akan beruntung” ( al-Hadits )
Dari hadits yang dikutip di atas nyatalah bagi kita, bahwa sebagai manusia di dalam melakoni hidup ini kita dituntut dalam setiap gerak kehidupan berbuat yang lebih baik dari hari kemarin , begitu pula tentunya hari esok harus dibuat menjadi lebih baik daripada hari ini. Sehingga kita termasuk dalam golongan orang yang beruntung.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
مَّنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدي لِنَفْسِهِ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”(QS. Al Isra : 15 )
Apabila diantara dan kita sementara ini termasuk golongan yang merugi ataupun termasuk golongan yang celaka maka harus diusahakan untuk mendekatkan diri dan meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Cobalah untuk mengubah cara dan pola hidup yang lebih mendekatkan kita kepada perbuatan-perbuatan yang berbakitan dengan kebaikan dan melupakan perbuatan-perbuatan yang kurang atau tidak terpuji dan tidak bermoral. Kerjakanlah segala bentuk perintah syari’at agama berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, tinggalkan dan jauhkan segala apa saja yang dilarang. Meninggalkan segala bentuk kemaksiatan dan perbuatan munkar. Insya Allah kita akan menjadi orang-orang yang tergolong dalam kelompok orang-orang yang beruntung.
Setelah kita merenung dengan ber-muhasabah dan berhasil mendapatkan kelemahan-kelemahan diri sendiri selama kurun waktu satu tahun yang lalu, maka berjanjilah pada diri kita sendiri dan bertaubat untuk tidak melakukan kembali kesalahan-kesalahan dimasa lampau. Niscaya kita akan mendapatkan hari esok yang lebih baik dari hari ini. Songsonglah hari esok yang lebih cerah dengan rasa optimisme dan berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Insya Allah, Allah akan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan akan memberikan bimbingan kepada kita kejalan yang diridhai-Nya.
( Wallaahu’alam bishawab )
Samarinda, ba’da dhuha, Sabtu, 6 Shafar 1433 H / 31 Desember 2011
(Musni Japrie )
Karena perputaran matahari mengitari bumi tersebut maka terjadilah pergantian dan perhitungan waktu sebagaimana yang telah digariskan Allah subahanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :
فَالِقُ الإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al An’am: 96 )
Dengan silih bergantinya malam dan siang yang secara terus menerus secara rutin, dewasa ini kita telah berada dipenghujung tahun 2011 Masehi yang mendasarkan perhitungannya pada rotasi matahari. Dan sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2012 sebagai tahun yang harus dilalui sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Begitu cepat rasanya waktu berlalu, tahun 2011 sebentar lagi akan ditinggalkan dan tahun 2012 telah berada diambang pintu, begitu pula menurut perhitungan angka umur manusia semakin meningkat. Bayi tumbuh berkembanmg menjadi balita, balita menjadi menjadi anak-anak, anak-anak menjadi remaja, remaja menjadi pemuda selanjutnya menjadi dewasa dan dewasa semakin mendekati lanjut usia (lansia) atau mendekati umur diambang senja.
Kondisi sedemikian telah secara tegas dinyatakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاء وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”(QS. Ar Ruum : 54 )
Meskipun menurut perhitungan angka perubahan waktu umur umur manusia semakin meningkat, namun pada hakekatnya dalam perhitungan batas umur yang telah digariskan oleh Sang Maha Pencipta secara pasti manusia semakin mendekati garis limit dari umurnya. Selanjutnya kelak kita akan menuju alam barzah (alam kubur ) sebagai alam peralihan (transisi) untuk dibangkitkan kembali di alam akhirat , sesuai dengan Firman Allah subahanahu wa ta’ala :
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ
“dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” ( QS. Al Hajj : 7 )
Apa Yang Telah Diperbuat
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam dalam sebuah sabda beliau menyebutkan :
“ Tidak akan bergeser kaki seseorang pada hari kiamat sebelum dipertanyakan tentang 4 hal selama yang bersangkutan hidup didunia, yaitu mengenai umurnya selama hayat dikemanakan dan apa yang telah diperbuat, mengenai hartanya dari mana diperoleh dan dipergunakan untuk apa, mengenai ilmunya untuk apa diamalkannya dan mengenai anggota badannya digunakan untuk apa ( apakah untuk maksiat atau kebaikan ) “ ( al-Hadits )
Sejalan dengan hadits diatas maka berketepatan dengan berakhirnya tahun 2011 dan dimasukinya sejarah barun tahun 2012 , seyogyanya kita semua kembali merenungi sejarah hari-hari berlalu yang telah kita jalani, apa saja yang kita perbuat sepanjang waktu satu tahun berlalu. Sebagai invidu manusia perlu untuk melakukan perhitungan atas dirinya sendiri ( muhasabah) . Hal itu sejalan dengan apa yang dimaksud dalam hadits berikut ini“;
سنن الترمذي ٢٣٨٣: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ قَالَ وَمَعْنَى قَوْلِهِ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ يَقُولُ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيُرْوَى عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا وَيُرْوَى عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ قَالَ لَا يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ
Sunan Tirmidzi 2383: Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Waqi' telah menceritakan kepada kami 'Isa bin Yunus dari Abu Bakar bin Abu Maryam, dan telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman telah mengkhabarkan kepada kami 'Amru bin 'Aun telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Al Mubarak dari Abu Bakar bin Abu Maryam dari Dlamrah bin Habib dari Syaddad bin Aus dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam beliau bersabda: "Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah." Dia berkata: Hadits ini hasan, dia berkata: Maksud sabda Nabi "Orang yang mempersiapkan diri" dia berkata: Yaitu orang yang selalu mengoreksi dirinya pada waktu di dunia sebelum di hisab pada hari Kiamat. Dan telah diriwayatkan dari Umar bin Al Khottob dia berkata: hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha Agung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di dunia." Dan telah diriwayatkan dari Maimun bin Mihran dia berkata: Seorang hamba tidak akan bertakwa hingga dia menghisab dirinya sebagaimana dia menghisab temannya dari mana dia mendapatkan makan dan pakaiannya."
Kita sebagai individu manusia dalam kehidupan sehari-hari bertindak dan menjalankan fungsi dan perang masing-masing yang berbeda-beda, baik bagai seorang pemuda, selaku suami/isteri, seorang ayah dan kepala rumah tangga, sebagai isteri dan ibu rumah tangga, sebagai karyawan/karyawati atau pegawai negeri dan segala macam profesi tentunya telah menjalankan peran dan fungsinya masing-masing sesuai dengan eksistensinya.
Peran dan fungsi sebagai amanah dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada segenap insan tentunya harus dijalankan sesuai dengan norma-norma dan hukum yang berlaku, baik norma-norma dan hukum yang digariskan dalam syari’at agama berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, juga norma-normat dalam kemasyarakatan serta undang-undang permerin tah yang berlaku.
Selaku remaja atau anak muda generasi penerus apakah yang telah kalian lakukan sepanjang tahun ini, apakah pergaulan kalian telah sejalan dengan tuntunan syari’at, terlibatkah kalian dalam mabuk-mabukan dengan minuman keras, obat-obatan terlarang ( narkotika), perkelahian antar remaja dan tindak-tindakan kemaksiatan serta tidak senonoh lainnya ?
Bagi seorang suami, ayah dari anak-anak dan kepala rumah tangga sudahkah dijalankan sdengan benar, bagaimana menjadi suami yang baik bagi isteri, apakah kita sudah menjadi seorang ayah dan seorang kepala rumah tangga yang baik, yang patut diteladani oleh anggota keluarga , sudahkah kita melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh syari’at agama kita dan meninggalkan segala bentuk larangan agama, atau kita melakukan hal-hal yang sebaliknya, apa yang kita berikan kepada keluarga, apakah bersumber dari yang halal atau haram?
Selanjutnya bagi seorang pegawai negeri dan karyawan sudahkah kita berdisiplin sebagaimana yang diharapkan, sudahkah kita melakukan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada kita, sudahkan kita jauhkan tindakan-tindakan yang tercela yang tidak boleh dilakukan. Begitu pula selaku seorang pemimpin, apakah kita telah menjauhi tindakan yang hanya menguntungkan kepentingan pribadi dengan menimbulkan kerugian berbagai pihak.
Dan yang paling utama kita sebagai individu-individu muslim, perlu merenungi diri kita sendiri tentang apakah kita sudah melakukan perbuatan amal shalih yang diperintahkan oleh syari’at, menjauhkan segala bentuk larangan, sudahkah kita menjauhi segala bentuk perbuatan maksiat yang berbuah dosa, apakah kita pernah melakukanperbuatan zalim terhadap sesama manusia atau melakukan kezaliman atas diri kita sendiri.
Lembaran-lembaran masa lalu merupakan sejarah hidup kita secara amat rinci dan itulah yang kelak akan disodorkan kepada kita untuk dibaca di hadapan Allah pada hari perhitungan nanti. Allah subahanahu wa ta’ala berfirman :
اقْرَأْ كَتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu" (QS. Al Israa’ : 14).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala tersebut lebih dipertegas lagi dengan firman-Nya :
وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. “ ( QS. Al Jaatsiyah : 28)
Justeru itu lebih tepat apabila sebelum tibanya hari panggilan akhirat kelak kita semua mau mengadili diri sendiri
Dengan merenungi sejarah hidup tahun yang telah berlalu sebagai intropeksi atau evaluasi yang dalam Islam dinamakan muhasabah
Bagaimanakah Hari Esok
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( QS. Al Hasyr: 18 )
Ibnu Qaiyim Al Jauzi rahimahumullah dalam menadisrkan ayat tersebut berkata : Maksud “ memperhatikan” dalam ayat tersebut diatas ialah memperhatikan kelengkapan persiapan untuk ,menmyongsong hari akhirat, menmdahulukan apa yangb bisa menyelamatkannya dari siksa Allah, agar wajahnya menjadi bersih di sisi Allah.Umar Ibnu Khattab radhyallahu’anhum pernah berkata : “ Hisapblah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang dan berhiaslah kalian untuk menghadapi hari penampakan yang agung “
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda
“Orang yang hari ini sama dengan hari kemarin, atau orang yang hari esok sama dengan hari ini, orang itu akan merugi. Orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin orang itu sungguh celaka, tetapi apa bila hari ini lebih b aik dari kemarin, atau hari esok lebih baik dari hari ini, maka orang itu akan beruntung” ( al-Hadits )
Dari hadits yang dikutip di atas nyatalah bagi kita, bahwa sebagai manusia di dalam melakoni hidup ini kita dituntut dalam setiap gerak kehidupan berbuat yang lebih baik dari hari kemarin , begitu pula tentunya hari esok harus dibuat menjadi lebih baik daripada hari ini. Sehingga kita termasuk dalam golongan orang yang beruntung.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
مَّنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدي لِنَفْسِهِ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”(QS. Al Isra : 15 )
Apabila diantara dan kita sementara ini termasuk golongan yang merugi ataupun termasuk golongan yang celaka maka harus diusahakan untuk mendekatkan diri dan meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Cobalah untuk mengubah cara dan pola hidup yang lebih mendekatkan kita kepada perbuatan-perbuatan yang berbakitan dengan kebaikan dan melupakan perbuatan-perbuatan yang kurang atau tidak terpuji dan tidak bermoral. Kerjakanlah segala bentuk perintah syari’at agama berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, tinggalkan dan jauhkan segala apa saja yang dilarang. Meninggalkan segala bentuk kemaksiatan dan perbuatan munkar. Insya Allah kita akan menjadi orang-orang yang tergolong dalam kelompok orang-orang yang beruntung.
Setelah kita merenung dengan ber-muhasabah dan berhasil mendapatkan kelemahan-kelemahan diri sendiri selama kurun waktu satu tahun yang lalu, maka berjanjilah pada diri kita sendiri dan bertaubat untuk tidak melakukan kembali kesalahan-kesalahan dimasa lampau. Niscaya kita akan mendapatkan hari esok yang lebih baik dari hari ini. Songsonglah hari esok yang lebih cerah dengan rasa optimisme dan berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Insya Allah, Allah akan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan akan memberikan bimbingan kepada kita kejalan yang diridhai-Nya.
( Wallaahu’alam bishawab )
Samarinda, ba’da dhuha, Sabtu, 6 Shafar 1433 H / 31 Desember 2011
(Musni Japrie )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar