Mengajak kepada sesasama hamba Allah untuk berbuat kebaikan dan menjauhi kemunkaran
Rabu, 21 September 2011
BERSABAR DARI KEMAKSIATAN
By : Musni Japrie
Makna Sabar
Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur’an:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telahKami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28)
Perintah bersabar pada ayat di atas adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas
orang-orang yang menyeru Rabnya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus
juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin lalai dari mengingat Allah swt.
Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam Al-Khawas, “Sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan Al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidakmampuan
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran setengah keimanan dan sabar adalah kunci segala keinginan. Sabar memilikikaitan erat dengan keimanan. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaOleh karena itu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menggambarkan sabar adalah cirri-ciri orang yang beriman.
Kesabaran banyak sekali dibicarakan dalam Al-AQur’an ,dan memerintahkan kepada setiap hambaAllah untuk bersabar
Terdapat 72 ayat yang mengulas hal-hal yang berkaitan dengan sabar .Antara lain dapat dikutip disini beberapa ayat sebagai berikut.
Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu [sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.(QS.Al-Baqarah: 153 )
Selain ayat-ayat al-Qur’an yang menyebutkan tentang sabar, banyak pula hadits- hadits yang diriwayatkan dari Rasullullah shalallahu’alaihi wa sallam yang membicarakan tentang pentingnya kesabaran. Beberapa hadits dapat diketengahkan sebagai berikut :
. Dari Abu Malik al-Harits bin Ashim al-Asy'ari r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda
25- وعن أبي مالك الحارث بن عاصم الأشعري رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "الطهور شطر الإيمان، والحمد لله تملأ الميزان، وسبحان الله والحمد لله تملآن -أو تملأ- ما بين السماوات والأرض، والصلاة نور، والصدقة برهان، والصبر ضياء، والقرآن حجة لك أو عليك. كل الناس يغدو، فبائع نفسه فمعتقها، أو موبقها" ((رواه مسلم)).
.:
"Bersuci adalah separuh keimanan dan Alhamdulillah itu memenuhi imbangan,
Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi atau mengisi penuh apa-apa yang ada di antara langit-langit dan bumi. Shalat adalah pahala, sedekah adalah sebagai tanda - keimanan bagi yang memberikannya - sabar adalah merupakan cahaya pula, al-Quran adalah merupakan hujjah untuk kebahagiaanmu - jikalau mengikuti perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya - dan dapat pula sebagai hujjah atas kemalanganmu - jikalau tidak mengikuti perintah-perintahnya dan suka melanggar larangan-larangannya. Setiap orang itu berpagi-pagi, maka ada yang menjual dirinya - kepada Allah - bererti ia memerdekakan dirinya sendiri - dari siksa Allah Ta'ala itu - dan ada yang merusakkan dirinya sendiri pula - kerana tidak menginginkan keredhaan Allah Ta'ala." (Riwayat Muslim)
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim :
26- وعن أبي سعيد سعد بن مالك بن سنان الخدري رضي الله عنهما: "أن ناساً من الأنصار سألوا رسول الله صلى الله عليه وسلم فأعطاهم، ثم سألوه فأعطاهم ، حتى نفد ما عنده، فقال لهم حين أنفق كل شيء بيده : "ما يكن عندي من خير فلن أدخره عنكم ، ومن يستعفف يعفه الله، ومن يستغن يغنه الله، ومن يتصبر يصبره الله. وما أعطي أحد عطاءً خيراً وأوسع من الصبر" ((متفق عليه)) .
. Dari Abu Said iaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu 'anhuma bahawasanya ada
beberapa orang dari kaum Anshar meminta - sedekah - kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang ada di sisinya, kemudian setelah habis membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu beliau bersabda:
"Apa saja kebaikan - yakni harta - yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan ku simpan sehingga tidak ku berikan padamu semua, tetapi oleh sebab sudah habis, maka tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri - dari meminta-minta pada orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup maka akan diberi kekayaan oleh Allah - kaya hati dan jiwa - dan barangsiapa yang berlaku sabar maka akan dikurnia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikurniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas – kegunaannya - daripada kurniA kesabaran itu."(Muttafaq'alaih)
Muslimmeriwayatsebuahhadits :
وعن أبي يحيى صهيب بن سنان رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله له خير، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن : إن أصابته سراء شكر فكان خيراً له، وإن أصابته ضراء صبر فكان خيراً له" ((رواه مسلم)).
Dari Abu Yahya, iaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Amat mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorang pun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, ia pun bersyukur-lah, maka hal itu adalah kebaikan baginya, sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran - yakni yang merupakan bencana - ia pun bersabar dan hal ini pun adalah merupakan kebaikan baginya." (Riwayat Muslim)
Makna Maksiat
Selama ini masyarakat banyak beranggapan bahwa yang namanya maksiat itu hanya terbatas kepada perbuatan pelampiasan syahwat di jalan yang haram (perzinahan), anggapan yang keliru itu perlu diluruskan sehingga tidak akan terjadi salah kaprah
Maksiat merupakan sikap, tindak tanduk dan perbuatan seseorang muslim yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan sengaja mengingkari dan meninggalkan segala yang diperintahkan serta sengaja melakukan pelanggaran ketentuan yang telah digariskan dalam syari’at ( al-Qur’an dan as-Sunnah), baik itu dilakukan oleh hati, lisan maupun perbuatan badan/fisik jasmani.
Hakekat dari maksiat sebenarnya adalah meninggalkan apa saja yang diperintahkan sebagai kewajiban sebagai seorang muslim atau juga melanggar segala bentuk larangan yang diharamkan. Sedangkan akibat dari maksiat tersebut seseorang yang melakukannya mendapatkan imbalan dosa, dimana dosa itu sendiri akan berujung kepada diperolehnya balasan berupa hukuman. Dengan demikian inti makna dari maksiat adalah perbuatan yang diharamkan sehingga berdosa apabila dilakukan.
Sekecil apapun perintah wajib yang ditinggalkan dan sekecil apapun pelanggaran atas larangan termasuk maksiat, sehingga apa saja yang dinamakan maksiat tidak tergantung kepada besar atau kecilnya perbuatan atau besar kecilnya dosa, semuanya disebut maksiat.
Bersabar Dari Perbuatan Maksiat
Dari penjelasan mengenai makna sabar dan maksiat tertsebut diatas, maka mengingat perbuatan maksiat merupakan sebagai sumber dari dosa, maka menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk menjauhi dan meninggalkan kemaksiatan sekecil apapun dengan menggunakan kesabaran.
Menurut KH. Qamaruddin di dalam buku beliau Ayat-ayat Larangan Dan Perintah Dalam al-Qur’an terdapat Sedangkan Imam Nawawi dalam kitab Riyadh ash-Shalihin seperti yang dikutip Syaikh Ali Ahmad Abdul ‘Aal ath-Thahthawi mencatat adanya 297 bentuk larangan. Dimana pengingkaran atas segala yang diperintahkan dan apa yang dilarang seperti yang digariskan baik dalam al-Qur’an dan as-Sunnah semuanya adalah perbuatan maksiat.
Maksiat terbesar yang dilarang adalah menyekutukan Allah Subhanaahu wa Ta’ala dengan makhluk yang sering dilakukan oleh banyak orang baik secara sadar atau tidak. Sebagaimana yang difirmankan Allah antara lain dalam surah Luqman :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".( QS. Luqman : 13 )
Sedangkan perintah Allah agar manusia beribadah kepada-Nya tercantum dalam al-Qur’an surah al-Baqarah
ayat 21 :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu Bertakwa”, ( QS. Al-Baqarah : 21 )
Banyak sekali maksiat yang dilakukan oleh bani Adam, sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya betapa banyak orang yang bergelimang dalam maksiat. Ingin dagangannya laris, dia rela mengadu pada dukun atau melakukan pesugihan-pesugihan di tempat keramat. Atau ada juga yang menggantung jimat-jimat tertentu yang tidak jelas maksudnya, kadang berupa huruf hijaiyah yang tidak jelas apa maksud tulisan tersebut. Inilah manusia, hanya ingin meraih keuntungan dunia dan rela mengorbankan agamanya dengan berbuat syirik pada Allah. Ada pula yang ingin meraih keuntungan dalam usahanya dengan rela makan dari hasil riba, atau undian berhadiah yang maksudnya adalah judi, atau bentuk maksiat lainnya.
Setiap hari tidak bosan-bosannya kita melakukan maksiat. Aurat terus diumbar, tanpa pernah sadar untuk mengenakan jilbab dan menutup aurat yang sempurna. Shalat 5 waktu yang sudah diketahui wajibnya
seringkali ditinggalkan tanpa pernah ada rasa bersalah. Padahal meninggalkannya termasuk dosa besar
yang lebih besar dari dosa zina. Saudara muslim jadi incaran untuk dijadikan bahan gunjingan (ghibah).
Padahal sebagaimana daging saudaranya haram dimakan, begitu pula dengan kehormatannya, haram untuk dijelek-jelekkan di saat ia tidak mengetahuinya.. Tidak hanya itu, yang lebih parah, kita selalu jadi budak dunia, sehingga ramalan primbon tidak bisa dilepas, ngalap berkah di kubur-kubur wali atau habib jadi rutinitas, dan jimat pun sebagai penglaris dan pemikat untuk mudah dapatkan dunia.
Bersabar dari kemaksiatan berarti menahan diri dari berbuat maksiat, karena perbuatan maksiat tidak lain adalah sebagai akibat dari godaan hawa nafsu yang selalu minta dipuaskan tanpa mempertimbangkan halal atau haramnya. Bersabar dari kemaksiatan berarti berupaya untuk meninggalkan serta menjauhi setiap larangan syari’at tanpa mempertimbangkan besar atau kecilnya dosa yang diakibatkannya.
Begitu pula bersabar dari kemaksiatan berarti ikhlas untuk taat kepada perintah Allah dan Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam dengan melakukan perintah-perintah baik yang bersifat fardhu maupun sunnah.
Sabar dalam menjauhi kemaksiatan, sabar dalam menjauhi dosa-dosa, sebagaimana kesabaran nabi yusuf
'alaihissalam dalam menjauhi rayuan wanita pembesar kerajaan, yang mengajak nabi yusuf pada dirinya didalam istananya yang disisinya ada kekuasaan, yang tidak ada yang melihat hal ini kecuali Allah ta'ala,
namun nabi yusuf 'alaihissalam bersabar serta berlari menjauhi ajakan ini, bahkan nabi yusuf 'alaihissalam yang tidak mau memenuhi ajakan wanita pembesar dan ia bahkan rela penjara menjadi tempatnya.
Firman Allah :
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلاَّ تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ الْجَاهِلِينَ
“Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku.Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." ( QS. Yusuf : 33 )
Inilah kesabaran dari kemaksiatan, maka tiap insan butuh kesabaran dalam menjauhi dosa dan kemaksiatan.
Kesabaran semacam inilah yang bisa mengantarkan seseorang pada derajat mulia, sebagaimana satu dari 7 pintu golongan yang dijamin mendapat naungan Allah di akherat nanti, yakni,
"... Seorang lelaki yang dibujuk wanita cantik lagi terhormat, tapi dia menolak dan berkata,'Sesungguhnya aku takut kepada Allah'." (HR. Bukhari dan Muslim).
Kemaksiatan itu memang sangat menggoda dan menggairahkan, karena didalamnyalah hawa nafsu dan syahwat terpuaskan. Sehingga melanggar larangan syari’at sangatlah menyenangkan, karena larangan itu lebih banyak mengikat dan mengekang seseorang, sedangkan manusia itu lkebih cenderung untuk melanggar segala bentuk larangan yang mengekang dirinya. Untuk itu maka diperlukanlah adanya kesabaran untuk tidak melakukan pelanggaran dengan mengorbankan kemauan hawa nafsu dan mengorbankan kepentingan sesaat yang akan berakibat kepada penyesalan.
Mengingat betapa pentingnya kesabaran dari kemaksiatan, maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk menggapai kesabaran tersebut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat. Untuk itu Ibnul Qayyim rahimahullah memberiklan sepuluh nasihat sebagai berikut:
Pertama, hendaknya hamba menyadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat. Dan hendaknya dia memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga hamba dari terjerumus dalam perkara-perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak terkena sesuatu yang membahayakannya.
Kedua, merasa malu kepada Allah… Karena sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari pandangan Allah yang selalu mengawasi dirinya dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah di matanya. Dan apabila dia menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan didengar Allah tentu saja dia akan merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang dapat membuat murka Rabbnya… Rasa malu itu akan menyebabkan terbukanya mata hati yang akan membuat Anda bisa melihat seolah-olah Anda sedang berada di hadapan Allah…
Ketiga, senantiasa menjaga nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu dan mengingat-ingat perbuatan baik-Nya kepadamu.
Apabila engkau berlimpah nikmat, maka jagalah, karena maksiat, akan membuat nikmat hilang dan lenyap
Barang siapa yang tidak mau bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya maka dia akan disiksa dengan nikmat itu sendiri.
Keempat, merasa takut kepada Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya
Kelima, mencintai Allah… karena seorang kekasih tentu akan menaati sosok yang dikasihinya… Sesungguhnya maksiat itu muncul diakibatkan oleh lemahnya rasa cinta.
Keenam, menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya… Sebab perkara-perkara inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa mulia dan rela meninggalkan berbagai perbuatan maksiat
…
Ketujuh, memiliki kekuatan ilmu tentang betapa buruknya dampak perbuatan maksiat serta jeleknya akibat yang ditimbulkannya dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah gulana yang menyelimuti diri… karena dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati…
Kedelapan, memupus buaian angan-angan yang tidak berguna. Dan hendaknya setiap insan menyadari bahwa dia tidak akan tinggal selamanya di alam dunia. Dan mestinya dia sadar kalau dirinya hanyalah sebagaimana tamu yang singgah di sana, dia akan segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan dosanya, karena dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali tidak akan memberikan manfaat apa-apa
.
Kesembilan, hendaknya menjauhi sikap berlebihan dalam hal makan, minum dan berpakaian. Karena sesungguhnya besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara tadi. Dan di antara sebab terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah… waktu senggang dan lapang yang dia miliki… karena jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan… sehingga apabila dia tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka tentulah dia akan disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya.
Kesepuluh, sebab terakhir adalah sebab yang merangkum sebab-sebab di atas… yaitu kekokohan pohon keimanan yang tertanam kuat di dalam hati… Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat… dan apabila imannya melemah maka sabarnya pun melemah… Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kokoh maka sungguh dia telah keliru.
Setiap hamba Allah hendaknya belajar dan melatih diri dalam meningkatkan kesabaran dirinya dalam menjalanlan segala macam amal ibadah yang diperintahkan, sehingga dengan terbangunnya kesabaran dalam melakukan ketaatan Allah akan melimpahkan lagi karunia-Nya jauh lebih besar lagi ( Wallaahu Ta’ala ‘alam )
21 September 2011/23 Syawal 1432 H
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar