Selasa, 09 Oktober 2012

BERTAUHIDLAH SECARA BENAR, JAUHI DAN TINGGALKAN PERBUATAN SYIRIK




Tidak ada seorangpun diantara kaum muslimin yang tidak mengharapkan surga kelak di alam akhirat, sehingga karenanya banyak diantara mereka yang selagi hidupnya berupaya sedemikian rupa dengan melakukan berbagai amal ibadah  dan berbagai kebajikan sebagaimana yang dianjurkan. Banyak kaum muslimin yang begitu bergairahnya untuk menggapai surga yang diidamkan dengan melakukan segala bentuk ibadah sekalipun ibadah yang mereka laksanakan tersebut tanpa didasari dalil yang dapat dipertanggung jawabkan. Yang penting menurut perkiraan mereka semakin banyak jumlah dan jenis ibadah yang dilakukan akan semakin baik dan tentunya pahala yang diperoleh juga lebih berlipat ganda lagi.
Namun sangat disayangkan di tengah-tengah semaraknya kaum muslimin menegakkan amal ibadah dan amal kebajikan dalam berbagai bentuknya, banyak diantara mereka yang dalam keseharian nya masih terikat kepada perbuatan jahiliyah yang diwarisi dari nenek moyang mereka berupa perbuatan-perbuatan yang mengotori dan melunturkan aqidah yaitu berupa perbuatan ya
Pentingnya Menegakkan Tauhid
Pengertian Tauhid
Ibnu Al-Utsaimin rahimahullah memaparkan bahwa kata “tauhid”, secara bahasa, adalah kata benda (nomina) yang berasal dari perubahan kata kerja wahhada–yuwahhidu, yang bermakna ‘menunggalkan sesuatu’. Sedangkan berdasarkan pengertian syariat, “tauhid” bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. (Al-Qaul Al-Mufid, 1:5)
Hamad bin ‘Atiq menerangkan bahwa agama Islam disebut sebagai agama tauhid disebabkan agama ini dibangun di atas pondasi pengakuan bahwa Allah adalah Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, baik dalam hal kekuasaan maupun tindakan-tindakan. Allah Maha Esa dalam hal Dzat dan sifat-sifat-Nya, tiada sesuatu pun yang menyerupai diri-Nya. Allah Maha Esa dalam urusan peribadahan, tidak ada yang berhak dijadikan sekutu dan tandingan bagi-Nya. Tauhid yang diserukan oleh para nabi dan rasul telah mencakup ketiga macam tauhid ini (rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat). Setiap jenis tauhid adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari jenis tauhid yang lainnya. Oleh karena itu, barang siapa yang mewujudkan salah satu jenis tauhid saja tanpa disertai dengan jenis tauhid lainnya maka hal itu tidak lain terjadi karena dia tidak melaksanakan tauhid dengan sempurna sebagaimana yang dituntut oleh agama. (Ibthal At-Tandid, hlm. 5–6)
Muhammad bin Abdullah Al-Habdan menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan terwujud dengan memadukan antara kedua pilar ajaran tauhid, yaitu penolakan (nafi) dan penetapan (itsbat). “La ilaha” adalah penafian/penolakan, maksudnya: kita menolak segala sesembahan selain Allah. Sedangkan “illallah” adalah itsbat/penetapan, maksudnya: kita menetapkan bahwa Allah saja yang berhak disembah. (At-Taudhihat Al-Kasyifat, hlm. 49)
Tauhid terbagi menjadi tiga macam:
Pertama: Tauhid rububiyah.
Artinya, mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam hal perbuatan-Nya, seperti: mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat, dan perbuatan lain yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus Allah subhanahu wa ta’ala. Seorang muslim haruslah meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak memiliki sekutu dalam rububiyah-Nya.
Kedua: Tauhid uluhiyah.
Artinya, mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam jenis-jenis peribadahan yang telah disyariatkan, seperti: salat, puasa, zakat, haji, doa, nazar, menyembelih, rasa harap, cemas, takut, dan jenis ibadah lainnya. Mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam hal-hal tersebut dinamakan “tauhid uluhiyah”.
Tauhid jenis inilah yang dituntut oleh Allah Subhanhu wa Ta’ala dari hamba-hamba-Nya, karena terhadap tauhid jenis pertama, yaitu tauhid rububiyah, setiap orang (termasuk jin) pun mengakuinya, sekalipun dia orang musyrik yang menjadi musuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala,

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah )?,( QS.Az Zukhruf : 87 )
Juga firman Allah subhanahu wa ta’ala :
قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?"
Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?"  (QS. Al-Mukminun:86–87)
Masih banyak ayat yang menunjukkan bahwa orang-orang musyrik meyakini tauhid rububiyah. Akan tetapi, sebenarnya yang dituntut dari mereka adalah mengesakan Allah dalam hal ibadah. Jika mereka mengikrarkan tauhid rububiyah maka seharusnya mereka juga mengakui tauhid uluhiyah (ibadah).
Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (diutus untuk) menyeru mereka agar meyakini tauhid uluhiyah. Hal ini disebutkan dalam firman-Nya subhanahu wa ta’ala,:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut [826] itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya [827]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).(QS. An-Nahl:36)
Setiap rasul menyeru manusia agar meyakini tauhid uluhiyah. Adapun tentang tauhid rububiyah, karena itu merupakan fitrah, maka belumlah cukup jika seseorang hanya meyakini tauhid rububiyah saja.
Ketiga: Tauhid asma’ wa shifat
Yaitu, menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Allah subhanahu wa ta’ala, sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya maupun yang telah ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta meniadakan kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diri-Nya, dan segala yang ditiadakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (terhadap diri Allah).
Tiga jenis tauhid inilah yang wajib diketahui oleh seorang muslim, lalu hendaklah dia secara bersungguh-sungguh mengamalkannya. (Al-Qaul Al-Mufid)
Tauhid dan iman kepada Allah
Dr. Shaleh bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan bahwa hakikat iman kepada Allah adalah tauhid itu sendiri, sehingga iman kepada Allah itu mencakup ketiga macam tauhid, yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. (Al-Irsyad ila Shahih Al-I’tiqad, hlm. 29)
Di samping itu, keimanan seseorang kepada Allah tidak akan dianggap benar kalau hanya terkait dengan tauhid rububiyah saja dan tidak menyertakan tauhid uluhiyah. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada kaum musyrikin dahulu yang juga mengakui tauhid rububiyah. Meskipun demikian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memerangi dan mengajak mereka untuk bertauhid. Hal itu dikarenakan mereka tidak mau melaksanakan tauhid uluhiyah.
Tauhid merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Allah kepada setiap hamba-Nya. Namun, sangat disayangkan, kebanyakan kaum muslimin pada zaman sekarang ini tidak mengerti hakikat dan kedudukan tauhid. Padahal, tauhid inilah yang merupakan dasar agama kita yang mulia ini. Oleh karena itu, sangatlah urgen bagi kita kaum muslimin untuk mengerti hakikat dan kedudukan tauhid. Hakikat tauhid adalah mengesakan Allah. Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut ini penjelasannya.
Mengesakan Allah dalam rububiyah-Nya
Maksudnya adalah kita meyakini keesaan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah, seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta beserta isinya, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudarat, dan lainnya, yang merupakan kekhususan bagi Allah. Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya.
Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum ateis, pada kenyataannya menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah,:
خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَل لَّا يُوقِنُونَ
 yang artinya, “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” (QS. Ath-Thur:35–36)
Meskipun demikian, pengakuan seseorang terhadap tauhid rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam, karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy, yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah,;
قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
قُلْ مَن بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ

yang artinya, “Katakanlah, ‘Siapakah yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki ‘arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu, dalam keadaan Dia melindungi tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari-Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (QS. Al-Mukminun:86–89)
Yang amat sangat menyedihkan adalah kebanyakan kaum muslimin di zaman sekarang menganggap bahwa seseorang sudah dikatakan beragama Islam jika telah memiliki keyakinan bahwa Allahlah satu-satunya Sang Pencipta, Pemberi rezeki, serta Pemilik dan Pengatur alam semesta.
Mengesakan Allah dalam uluhiyah-Nya
Maksudnya adalah kita mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan, seperti salat, doa, nazar, menyembelih, tawakal, taubat, harap, cinta, takut, dan berbagai macam ibadah lainnya. Kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rasul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy.
Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah mengenai perkataan mereka itu;
أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
.“Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu sesembahan yang satu saja? Sesungguhnya, ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shad:5)
Dalam ayat ini, kaum musyrikin Quraisy mengingkari bahwa tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya, walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.
Mengesakan Allah dalam nama dan sifat-Nya
Maksudnya adalah kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah yang diterangkan dalam Alquran dan Sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita juga meyakini bahwa hanya Allahlah yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang disebutkan di Alquran dan hadits tersebut (yang
هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاء الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.dikenal dengan “asmaul husna”), sebagaimana firman-Nya,: (QS. Al-Hasyr:24)
Seseorang baru dapat dikatakan sebagai muslim yang sejati jika dia telah mengesakan Allah dan tidak berbuat syirik dalam ketiga hal tersebut di atas. Barangsiapa yang menyekutukan Allah (berbuat syirik) dalam salah satu saja dari ketiga hal tersebut, maka dia bukan muslim sejati tetapi dia adalah seorang musyrik.
Kedudukan tauhid
Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Oleh karena itu, hal ini penting untuk dibahas, mengingat banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai muslim. Padahal, pada kenyataannya, mereka menujukan sebagian bentuk ibadah mereka kepada selain Allah, baik itu kepada wali, orang saleh, nabi, malaikat, jin, dan sebagainya.
Tauhid adalah tujuan penciptaan manusia
Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat:56)
Maksud dari kata “menyembah” di ayat ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala macam bentuk ibadah, sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah saja. Tidaklah mereka diciptakan agar menghabiskan waktu untuk bermain-main dan bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Allah:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاء وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ
لَوْ أَرَدْنَا أَن نَّتَّخِذَ لَهْوًا لَّاتَّخَذْنَاهُ مِن لَّدُنَّا إِن كُنَّا فَاعِلِينَ
Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main [955].
Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, (isteri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami [956]. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya). ( QS. Al Anbiyaa’ : 16-17 )
K e t e r a n g a n :
 [955] Maksudnya: Allah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu adalah dengan maksud dan tujuan yang mengandung hikmat.\
[956] Maksud: "dari sisi Kami" ialah yang sesuai dengan sifat-sifat Kami
Allah juga berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
 “Maka, apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mukminun: 115)
Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakan manusia mempunyai hak atas hamba-Nya yaitu di ibadahinya Allah oleh hamba, sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari Mu’adz bin Jabal radhyallahu’anhu :
صحيح البخاري ٢٦٤٤: حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ سَمِعَ يَحْيَى بْنَ آدَمَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ عَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ قَالَ لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا\
Shahih Bukhari 2644: dari Mu'adz radliallahu 'anhu berkata: "Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diatas seekor keledai yang diberi nama 'Uqoir lalu Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?" Aku jawab: "Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu". Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendaklah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?" Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja".
Tauhid adalah tujuan diutusnya para rasul
Allah berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus rasul pada tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut itu.’” (QS. An-Nahl: 36).
Makna dari ayat ini adalah bahwa para rasul, mulai dari Nabi Nuh sampai nabi terakhir–nabi kita, Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam–,diutus oleh Allah agar mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak memepersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
Tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan pertama
Allah berfirman:
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh [294], dan teman sejawat, ibnu sabil [295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,(QS. An Nisaa: 36 )
 K e t e r a n g a n :
[294] Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim. [295] Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.)
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Hal pertama yang Dia perintahkan adalah untuk menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya. Perintah ini didahulukan daripada berbuat baik kepada orangtua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama manusia, namun dia banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya, terutama hak beribadah hanya kepada Allah.
Tauhid adalah poros perbaikan umat
Dakwah perbaikan umat manusia yang diserukan oleh para rasul itu adalah “dakwah tauhid”, memerangi syirik, yang mana kesyirikan adalah suatu kemungkaran dan kezaliman yang paling besar di muka bumi ini. Tauhid yang diserukan oleh para nabi dan rasul adalah tauhid uluhiyah, yaitu mentauhidkan/mengesakan Allah dalam ibadah, artinya memurnikan dan memperuntukkan ibadah untuk Allah semata, bukan untuk yang selain Allah. Di sinilah letak seruan mereka yang paling banyak ditentang dan diingkari oleh kaum mereka.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut [826] itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya [827]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).( QS. An Nahl :36 )
 K e t e r a n g a n :
[826] Lihat not 162 tentang arti "Thaghut". [827] Lihat not 34 tentang arti "disesatkan Allah".
Tauhid dalam Alquran
Ibnul Qayyim, dalam bukunya Madarijus Salikin, 3:450, menjelaskan bahwa semua isi Alquran mengandung tauhid dan mengajak untuk bertauhid, karena kandungan Alquran tidak lepas dari lima hal:
1.    Berita tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan informasi lainnya. Ini termasuk dalam jenis tauhid al-ilmi al-khabari, yaitu pemahaman dan berita tentang Allah yang bersumber dari dalil-dalil Alquran dan As-Sunnah.
2.    Ajakan untuk beribadah kepada Allah semata dan melepaskan segala sesembahan selain Allah. Ini termasuk dalam jenis tauhid ath-thalabi (tauhid yang berisi tuntutan untuk beramal) atau disebut juga “tauhid uluhiyah”.
3.    Perintah dan larangan, yang merupakan tuntutan untuk taat kepada Allah, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Ini adalah hak dan konsekuensi dari tauhid.
4.    Berita tentang ahli tauhid, para nabi dan orang-orang saleh, kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka, serta janji pahala dan kebaikan yang akan Allah berikan kepada ahli tauhid di dunia dan akhirat. Ini adalah balasan yang Allah berikan kepada ahli tauhid.
5.    Cerita tentang orang-orang kafir dan hukuman yang Allah berikan kepada mereka, baik di dunia maupun akhirat. Jenis kelima ini masuk dalam kategori hukuman dan siksa bagi orang yang ingkar dan tidak mau bertauhid.
Oleh karena itu, semua isi Alquran adalah tauhid.
Syirik ( Menyekutukan  Allah ) Dengan Sesuatu Selain-Nya
Syirik bukanlah hanya sekedar  diartikan dengan seseorang menyembah berhala atau mengakui ada pencipta selain Allah. Meskipun menyembah berhala  memang termasuk syirik. Namun kesyirikan sebenarnya lebih luas daripada itu. Yaitu yang berkaitan dengan masalah ibadah, jika ada satu ibadah dipalingkan kepada selain Allah, itu pun sudah termasuk syirik.
Syirik merupakan bahaya yang terbesar dan penyakit yang paling berbahaya. Syirik sebagai penyakit  hati, karena sumber kesyirikan bermula dari keyakinan (i’tiqad) yang ada di dalam hati. Bahwa ulama membagi jenis syirik menjadi dua bagian :
a. Syirik Akbar (besar)
Yaitu syirik yang tidak diampuni (apabila pelakunya mati dan belum bertaubat),diharamkan baginya Surga,kekal di dalam neraka serta membatalkan semua amalan-¬amalan yang telah dilakukan. Syirik akbar merupakan dosa yang terbesar yang tidak akan diampuni oleh Allah apabila tidak bertaubat. Allah Ta’ala bberfirman :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS. An Nisaa: 48 )
Selain ayat al-Qur’an diatas yang menyebutkan tentang perbuatan syirik merupakan dosa besar, hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa salam juga menyinggung hal yang sama sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah radhyallahu’anhu :
صحيح مسلم ١٢٤: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ وَقَالَ عُثْمَانُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قَالَ قُلْتُ لَهُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ مَخَافَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ
Shahih Muslim 124: dari Abdullah dia berkata, "Aku bertanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu membuat tandingan bagi Allah (syirik), sedangkan Dialah yang menciptakanmu." Aku berkata, "Sesungguhnya dosa demikian memang besar. Kemudian apa lagi?" Beliau bersabda: "Kemudian kamu membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. bersabda: "Kamu berzina dengan isteri tetanggamu."
Juga pelaku Syirik Akbar tempat kembalinya adalah neraka dan diharamkan baginya Surga.
Allah Ta’ala berfirman :
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
 (Al Maidah : 72)
Sedangkan dalil yang menunjukkan bahwa syirik akbar menggugurkan amalan-amalan adalah firman Allah Ta’ala : -
ذَلِكَ هُدَى اللّهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
 Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am : 88)
Macam-Macam Syirik Akbar
Syirik Akbar ini sangat banyak sekali macamnya, tetapi dapat di kelompokkan menjadi tiga bagian :
1) Syirik di dalam Al Uluhiyyah
Yaitu kalau seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak untuk disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah). Yang mana Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam berbagai tempat dalam Kitab-Nya menyeru kepada hamba-Nya agar tidak menyembah atau beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja. Firman Allah Ta’ala :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
 Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah : 21-22)
Perintah Allah dalam ayat ini agar semua manusia beribadah kepada Rabb mereka dan bentuk ibadah yang diperintahkan antara lain syahadat, shalat, zakat, shaum, haji, sujud, ruku’, thawaf, doa, tawakal, khauf (takut), raja’ (berharap), raghbah (menginginkan sesuatu), rahbah (menghindarkan dari sesuatu), khusu’, khasyah, ¬isti’anah (minta tolong), isti’adzah (berlindung), istighatsah (meratap), penyembelihan, nadzar, sabar dan lain lain dari berbagai macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Di sisi lain ada kerancuan yang terdapat di kalangan umum dalam memahami ibadah. Mereka mengartikan ibadah dalam definisi yang sempit sekali yaitu sebatas  seperti shalat, puasa, zakat, haji. Ada pun yang lainnya tidak dikategorikan di dalamnya.
Syaikhul Islam Abul Abbas Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam mendefinisikan ibadah, beliau berkata :
Ibadah itu ialah suatu nama yang mencakup semua perkara yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, apakah berupa perkataan ataupun perbuatan, baik dhahir maupun yang bathin.”
Inilah pengertian ibadah yang sesungguhnya, yaitu meliputi segala perkara yang dicintai dan diridlai Allah, baik itu berupa perkataan maupun perbuatan.
Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 21 di atas menyatakan sembahlah Rabb kamu, dimaksudkan untuk mendekatkan pemahaman kepada semua manusia bahwa Ar Rabb yang wajib disembah adalah yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, yang menciptakan langit dan bumi serta yang mampu menurunkan air (hujan) dari langit. Yang dengan air hujan itu dihasilkan segala jenis buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian agar kalian mengetahui semua. Maka janganlah mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah dengan menyembah dan meminta rezeki kepada selain-Nya. Apakah kalian tidak malu dan berpikir bahwa Allah yang menghidupkan dan yang memberi rezeki kemudian kalian tinggalkan untuk beribadah kepada selain-Nya?
Firman Allah Ta’ala :
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِّنَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ شَيْئًا وَلاَ يَسْتَطِيعُونَ
فَلاَ تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
 “Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tak dapat memberi rezeki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi dan tidak berkuasa (sedikit jua pun). Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nahl : 73-74)
2) Syirik Di Dalam Ar Rububiyyah
Yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari sifat-sifat ar rububiyyah seperti memberikan pertolongan, memberikan  pertolongan, mendatangkan kebaikan dan keburukan/mudharat. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat dan lebih jelek daripada orang-orang kafir terdahulu.
Orang-orang terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah namun mereka menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah satu-satunya Pencipta alam semesta namun mereka masih tetap berdoa, meminta pada kuburan-kuburan seperti kuburan Latta.
Sebagaimana Allah kisahkan tentang mereka dalam firman-Nya:
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah.” Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS. Al Ankabut : 61)
Firman Allah Ta’ala :
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِن بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah.” Katakanlah : “Segala puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).” (QS. Al Ankabut : 63)
Firman Allah Ta’ala :
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah.” Katakanlah : “Segala puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. (QS. Luqman : 25)
Firman Allah Ta’ala :
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ
Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Niscaya mereka akan menjawab : “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Az Zukhruf : 9)
Ayat-ayat ini semua menunjukkan kalau orang-orang musyrik terdahulu mengakui Allah-lah satu¬-satunya pencipta yang menciptakan langit dan bumi, yang menghidupkan dan mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya. Akan tetapi mereka masih memberikan peribadatan kepada yang lainnya. Maka bagaimanakah dengan orang-orang yang tidak menyakini sama sekali kalau Allah-lah Penciptanya atau ada tuhan lain yang menciptakan, menghidupkan, dan mematikan, yang menurunkan hujaan dan seterusnya atau ada yang serupa dengan Allah dalam masalah-masalah ini. Tentu yang demikian lebih jelek lagi. Inilah yang dimaksud syirik dalam rububiyah.
3) Syirik Di Dalam Al Asma’ wa Ash Shifat
Yaitu kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, menyakini bahwa ada makhluk Allah yang mengetahui perkara¬-perkara ghaib.
Firman Allah Ta’ala :
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا
“(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.“ (QS. Al Jin : 26)
b) Syirik Ashghar (kecil)
Bagi mereka yang melakukan syirik ashghar mereka di bawah kehendak Allah. Kalau Allah ampuni pelakunya maka tidak diadzab dan kalau tidak diampuni, pelakunya masuk terlebih dahulu di neraka meskipun setelah itu dimasukkan ke dalam Surga. Mereka tidak kekal dalam neraka (kalau dia dimasukkan ke dalam neraka).Tidak membatalkan semua amalan tetapi sebatas yang dilakukan.Tidak diharamkan baginya Surga.
Meskipun dalam masalah ini ada khilaf (sebagaimana yang telah kita bahas di atas) akan tetapi wajib bagi setiap Muslim untuk berhati-hati terhadap penyakit ini dan jangan menganggap remeh. Pelakunya diwajibkan untuk bertaubat. Di antara yang dikategorikan dalam Syirik Ashghar antara lain :
1.Ar Riya’
Yaitu mengamalkan suatu ibadah supaya dilihat manusia dalam rangka mendapatkan popularitas). Meskipun syirik ini tidak membatalkan semua amalan secara keseluruhan namun ia membatalkan amalan yang diniatkan untuk manusia tersebut. Maka wajib bagi pelakunya untuk bertaubat.
Firman Allah yang menerang¬kan bahwa riya’ itu membatalkan amalan yang disertai riya’ tersebut adalah sebagai berikut :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Ya ayyuha allatheena amanoo la tubtiloo sadaqatikum bialmanni waalatha kaallathee yunfiqu malahu riaa alnnasi wala yuminu biAllahi waalyawmi alakhiri famathaluhu kamathali safwanin AAalayhi turabun faasabahu wabilun fatarakahu saldan la yaqdiroona AAala shayin mimma kasaboo waAllahu la yahdee alqawma alkafireena
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir [168].( QS. Al Baqarah:264)
  :K e t e r a n g a n
[168] Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : Diriwayatkan dari Mahmud bin Labid bahwa dia berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata :
 مسند أحمد ٢٢٥٢٣: حَدَّثَنَا يُونُسُ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ يَزِيدَ يَعْنِي ابْنَ الْهَادِ عَنْ عَمْرٍو عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي الْعَبَّاسِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ الظَّفَرِيِّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ فَذَكَرَ مَعْنَاهُ
Musnad Ahmad 22523: dari Mahmud bin Labid bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil." Mereka bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Riya`, Allah 'azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat orang-orang diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihat-lihatkan di dunia lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan disisi mereka?"
Di hadits lain disebutkan :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ قَالَ سَمِعْتُ جُنْدُبًا الْعَلَقِيَّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُسَمِّعْ يُسَمِّعْ اللَّهُ بِهِ وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ  و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا الْمُلَائِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَزَادَ وَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا غَيْرَهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَمْرٍو الْأَشْعَثِيُّ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ حَرْبٍ قَالَ سَعِيدٌ أَظُنُّهُ قَالَ ابْنُ الْحَارِثِ بْنِ أَبِي مُوسَى قَالَ سَمِعْتُ سَلَمَةَ بْنَ كُهَيْلٍ قَالَ سَمِعْتُ جُنْدُبًا وَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرَهُ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ بِمِثْلِ حَدِيثِ الثَّوْرِيِّ و حَدَّثَنَاه ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا الصَّدُوقُ الْأَمِينُ الْوَلِيدُ بْنُ حَرْبٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ
Hadis riwayat Jundub Al-Alaqiy Radhiyallahu 'anhu , ia berkata:Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa mencari popularitas dengan amal perbuatannya, maka Allah akan menyiarkan aibnya dan barang siapa yang riya dengan amalnya, maka Allah akan menampakkan riyanya
Dalam hal riya’  membatalkan amalan, maka  riya’ ini terbagi menjadi dua bagian :
1. Apabila riya’ sejak awal, yaitu bahwa orang tersebut dalam melakukan amalannya sudah mempunyai niat untuk riya’. Yang seperti ini membatalkan amalan yang dia lakukan
2. Apabila datang dengan tiba-¬tiba di tengah-tengah atau di akhir amalan dan orang tersebut berusaha untuk menolak atau menghilangkan dari hatinya. Maka yang seperti ini tidak sampai membatalkan amalannya.
b) Sum’ah
Sum’ah adalah  mengamalkan suatu ibadah supaya didengar orang lain dalam rangka mendapatkan popularitas. Pada hakekatnya sum’ah merupakan riya’ juga.
Dua penyakit ini yang sangat rawan dalam hati karena sangat samar tidak terlihat oleh mata sehingga seorang Muslim harus sangat berhati-hati. Ayat Al Qurr’an dalam surat Al Baqarah 264 serta hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dari shahabat Mahmud bin Labid di atas menjadi perhatian bagi kita bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggil dengan panggilan ‘Wahai orang-¬orang yang beriman’ dan Rasulullah mengkhawatirkan riya’ tersebut akan menimpa para shahabat. Hal ini menunjukkan bahwa orang Mukmin pun apabila tidak hati-hati akan terkena penyakit ini. Mudah-mudahan Al¬lah selamatkan kita darinya.
 Beberapa Contoh Perbuatan Syirik Yang Banyak Dilakukan Di Tengah-Tengah Masyarakat
Diantara sekian banyak kaum muslimin yang mengakui hanya Allah subhanahu wa ta’ala  sebagai satu-satunya yang berhak untuk disembah sedangkan selain itu adalah bathil, namun masih ada dalam kesehariannya menunjukkan prilaku yang menyimpang dalam tauhidnya, yaitu masih meyakini ada sesuatu selain Allah yang dianggap juga mampu memberikan kebaikan/kemaslahatan dan kemudharatan sehingga perlu dimintakan pertolongan dan perlindungannya. Keyakinan yang seperti ini jelas-jelas sebagai penyimpangan dalam tauhid karena keyakinan tersebut berarti menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-nya yang lazim dikenal dengan sebtran syirik.
Berbagai    ragam rupa bentuk-bentuk penyimpangan aqidah yang dilakukan dan berkembang ditengah-tengah masyarakat yang berbeda suku dan daerahnya namun hakikatnya adalah sama yaitu perbuatan syirik. Dibawah ini diberikan beberapa contoh perbuatan syirik yang ada dimasyarakat antara lain :
1. Mendatangi kubur-kubur orang-orang shaleh atau wali-wali yang dikramatkan kemudian beribadah dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an disamping kubur tsb kemudian berdoa ( memohon pertolongan ) meminta pengampunan dosa, menghilangkan kesulitan (hidup), atau mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seperti keturunan dan kesembuhan penyakit, meminta kekayaan dll. Perbuatan ini termasuk dalam  katagori meminta pertolongan kepada selain Allah, padahal semestinya meminta pertolongan pengampunan dosa, meminta dihilangkannya kesulitan hidup, meminta kekayaan, minta disembuhkan dari penyakit, meminta agar diberikan keturunan diajukan hanya kepada Allah semata yang mempunyai kekuasaan dan kemampuan untuk memberikan pertolongan.Keyakinan terhadap kubur-kubur kramat dan orang shaleh atau para wali yang  dapat memberikan pertolongan  merupakan syirik rububiyah. Sedangkan beribadah dengan menyampaikan doa permohonan kepada kubur termasuk syirik uluhiyah .
2.Mempercayai adanya sesuatu selain Allah berupa roh-roh halus, orang ghaib, jin atau dewa penguasa laut, penguasa bumi, gunung-gunung berapi , penunggu pohon-pohon yang dianggap angker, penunggu sungai dan berbagai nama lainnya yang dapat dimintakan pertolongan, yang  dipercaya dapat mendatangkan rezeki, yang ditakuti karena  dapat mendatangkan musibah berupa bencana, mendatangkan penyakit dll. Keyakinan semacam ini merupakan bagian dari syirik rububiyah.
3. Memberikan persembahan kepada sesuatu selain Allah ( yang dianggap sebagai  dewa atau yang diyakini sebagai  penguasa bumi dan  penguasa laut, penguasa dan penunggu gunung, penunggu pohon-pohon angker atau jin-jin) dengan memberikan sesajen yang dilarungkan kelaut dan sesajen untuk pesta bumi atau sesajen lainnya ,termasuk yang digantung dipohon-pohon Perbuatan seperti tersebut termasuk   perbuatan syirik uluhiyah . Pemberian sesajen sebagai bentuk persembahan tersebut dimaksudkan sebagai ucapan syukur dan rasa terimakasih karena sesuatu apa-apa yang disebutkan diatas telah memberikan pertolongan berupa rezeki dan memberikan penjagaan kepada mereka. M ereka beranggapan bahwa apabila tidak diberikan persembahan atau terlambat dari waktunya memberikan sesajen  maka akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan berupa musibah atau bencana sebagai akibat kemarahan dari yang dipertuhankan tersebut. .Padahal sesuatu yang dipertuhankan selain Allah yang dianggap bisa memberikan perlindungan dan memberikan rezeki tersebut sebenarnya tidak mempunyai sedikitpun kekuatan, kekuasaan dan kemampuan. Karena  hanya Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Kuasa dan  Allah Yang Maha Pencipta.
4.Melakukan penyembelihan hewan sebagai persembahan da kepada selain Allah seperti menyembelih hewan yang kepala ditanamkan  pada saat pembangunan proyek-proyek jembatan, pelabuhan, bandara , gedung-gedung dll dengan maksud untuk meminta izin kepada jin-jin penunggu sehingga dalam pelaksanaan proyek tidak mendapatkan gangguan . Mereka yang melakukan penyembelihan dengan maksud untuk persembahan dalam pelaksanaan  proyek tersebut apabila tidak meminta izin terlebih dahulu serta tidak memberikan sesajen berupa hewan yang disembelih  akan terjadi musibah berupa kecelakaan bahkan kematian
5.Pemberian sesajen yang sifatnya kecil-kecilan biasanya oleh sebagian orang dilakukan pada saat menyelenggaraan hajat keluarga seperti pada perkawinan, upacara mandi pada wanita hamil 7 bulan, dan acara-acara lainnya. Sesajen berupa berupa beras, pisang,dan  gula tempat ( b askom ). Adapula yang sesajen yang dibuat dari nasi ketan yang diatasnya diberi sebutir telur dan sesisir pisang kemudian dibuang/dilarung  kesungai. Dengan dilarungkannya sesajen tersebut maka acara hajatan selamat dari gangguan makhluk halus atau jin
6.Bernazar kepada kuburan orang-orang shaleh dan para wali yang dianggap kramat, apabila hajat yang dimintakan terkabul maka yang bernazar akan memenuhi nazarnya sesuai dengan apa yang dinazarkannnya. Ada yang bernazar menyembelih hewan, ada yang bernazar akan membangunkan kubah atau memperbaiki serta memperindah  kuburan yang dikramatkan tersebut. Bernazar kepada selain Allah nyata-nyata telah menyimpang dari Aqidah dan menyalahi tauhid karena termasuk perbuatan syirik.
7. Berlebihan dan melampaui batas (ghuluw)  dalam memuji dan mengagungkan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Perbuatan ini dilakukan dengan mengamalkan secara rutin bacaan-bacaan shawalat karangan para penyair seperti shalawat nariyah, barzanzi, kasidah  burdah, shalawat al-fatih dan yang lainnya.Sedangkan redaksi syair-syair shalawat tersebut dalam bahasa arab yang tidak dimengerti artinya sebenarnya banyak mengandung kalimat sanjungan yang menyamakan kedudukan Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam sejajar dengan Allah subahanahu wa ta’ala.  Meminta pertolongan kepada Rasullullah padahal beliau sudah wafat, meminta syafa’at langsung kepada beliau saat sujud. Meminta ampunan dari dosa serta memintan surga kepada beliau. Selain itu juga banyak pula yang menganggap bahwa Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam mengetahui yang ghaib-ghaib , menganggap bahwa Nabi Muhammad  diciptakan dari Nur yang penciptaannya jauh sebelum dunia diciptakan  dan meyakini bahwa dunia ini diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala karena beliau. Perbuatan yang dilakukan oleh mereka-mereka tersebut sangat berlebihan dan bahkan syirik. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri yang melarang hal ini dalam sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Janganlah kalian berlebihan dan melampaui batas dalam memujiku seperti orang-orang Nashrani berlebihan dan melampaui batas dalam memuji (Nabi Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku adalah hamba (Allâh), maka katakanlah: hamba Allâh dan rasul-Nya".

Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang tidak mungkin ikut memiliki sebagian dari sifat-sifat khusus yang dimiliki Allâh Azza wa Jalla, seperti mengetahui ilmu gaib, memberikan manfaat atau mudharat bagi manusia, mengatur alam semesta, dan lain-lain. Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".(QS. Al A’raf : 188 )
8.Berlebihan dalam memuji dan mengagungkan ulama,tuan guru, syaikh  dan habib. Pemberian pujian dan pengagungan yang berlebihan oleh sebagian masyarakat tidak saja terbatas kepada Nabi shallallahu’alahi wa sallam, tetapi juga diberikan kepada para ulama, tuan guru dan habib.Mereka yang menjadi murid dan pengikut yang setia dan fanatik meyakini bahwa ulama,tuan guru dan habib yang mereka ikuti mempunyai ilmu agama yang tinggi bahkan menguasai pengetahuan hal-hal yang bersifat ghaib dan dapat memasukkan para pengikutnya kedalam surga.Gambar/foto diri ulama, tuan guru, habib tersebut dijadikan pajangan dirumah karena diyakini dapat memberikan perlindungan dan keselamatan  serta dapat memberikan rezeki.Setelah wafatnya para ulama, tuan guru, syaikh dan habib tersebut kuburnya dibangunkan kubah yang mewah dan dijadikan tempat untuk berziarah serta tempat beribadah dan tempat untuk meminta pertolongan. Kuburan tersebut dijadikan kuburan kramat sebagai kubur yang dapat memberikan kemaslahatan


9. Mendatangi para dukun, tukang sihir, peramal (paranormal) dan sebagainya, untuk berbagai kepentingan seperti untuk pengobatan, mencar pengasih ( ilmu pelet), memperoleh ilmu kekebalan,  mencari pesugihan, mencari penglaris, susuk kecantikan , kemudian mempercayainya  serta membenarkan ucapan mereka. Ini termasuk perbuatan kufur (mendustakan) agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, berdasarkan sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya:


"Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian membenarkan ucapannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam"

Hal ini dikarenakan para dukun, peramal, dan tukang sihir tersebut mengaku-ngaku mengetahui urusan gaib, padahal ini merupakan kekhususan bagi Allâh Subhanahu wa Ta'ala.

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

"Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bilamana mereka akan dibangkitkan".
[an-Naml/27:65]

10. Menggantungkan jimat .Termasuk perbuatan yang merusak tauhid (syirik)  dan akidah seorang Muslim adalah menggantungkan jimat -baik berupa benang, manik-manik atau benda lainnya- pada leher, tangan, atau tempat-tempat lainnya, dengan meyakini jimat tersebut sebagai penangkal bahaya dan pengundang kebaikan.

Perbuatan ini dilarang keras oleh Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau
سنن ابن ماجه ٣٥٢١: حَدَّثَنَا أَيُّوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ الرَّقِّيُّ حَدَّثَنَا مُعَمَّرُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بِشْرٍ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ الْجَزَّارِ عَنْ ابْنِ أُخْتِ زَيْنَبَ امْرَأَةِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ زَيْنَبَ قَالَتْ
كَانَتْ عَجُوزٌ تَدْخُلُ عَلَيْنَا تَرْقِي مِنْ الْحُمْرَةِ وَكَانَ لَنَا سَرِيرٌ طَوِيلُ الْقَوَائِمِ وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ إِذَا دَخَلَ تَنَحْنَحَ وَصَوَّتَ فَدَخَلَ يَوْمًا فَلَمَّا سَمِعَتْ صَوْتَهُ احْتَجَبَتْ مِنْهُ فَجَاءَ فَجَلَسَ إِلَى جَانِبِي فَمَسَّنِي فَوَجَدَ مَسَّ خَيْطٍ فَقَالَ مَا هَذَا فَقُلْتُ رُقًى لِي فِيهِ مِنْ الْحُمْرَةِ فَجَذَبَهُ وَقَطَعَهُ فَرَمَى بِهِ وَقَالَ لَقَدْ أَصْبَحَ آلُ عَبْدِ اللَّهِ أَغْنِيَاءَ عَنْ الشِّرْكِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ قُلْتُ فَإِنِّي خَرَجْتُ يَوْمًا فَأَبْصَرَنِي فُلَانٌ فَدَمَعَتْ عَيْنِي الَّتِي تَلِيهِ فَإِذَا رَقَيْتُهَا سَكَنَتْ دَمْعَتُهَا وَإِذَا تَرَكْتُهَا دَمَعَتْ قَالَ ذَاكِ الشَّيْطَانُ إِذَا أَطَعْتِهِ تَرَكَكِ وَإِذَا عَصَيْتِهِ طَعَنَ بِإِصْبَعِهِ فِي عَيْنِكِ وَلَكِنْ لَوْ فَعَلْتِ كَمَا فَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ خَيْرًا لَكِ وَأَجْدَرَ أَنْ تُشْفَيْنَ تَنْضَحِينَ فِي عَيْنِكِ الْمَاءَ وَتَقُولِينَ أَذْهِبْ الْبَاسْ رَبَّ النَّاسْ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِ
Sunan Ibnu Majah 3521:, dari Zainab dia berkata, "Seorang wanita tua menemui kami hendak menjampi-jampi dari penyakit demam. Dan kami memiliki dipan yang panjang kaki-kakinya, dan apabila Abdullah hendak masuk maka ia akan berdehem dan bersuara. Suatu hari ia masuk, ketika wanita tua itu mendengar suaranya, maka ia bersembunyi. Kemudian Abdullah datang dan duduk di sampingku dan membelaiku, ternyata ia menyentuh suatu jahitan benang, maka dia berkata, 'Apa ini? ' aku lalu menjawab, 'Jimat, di dalamnya terdapat jampi-jampiku untuk pengobatan penyakit demam." Abdullah lalu menariknya dengan paksa, kemudian ia putus dan membuangnya seraya berkata, "Sungguh saat ini keluarga Abdullah telah melakukan praktek kesyirikkan, saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya jampi-jampi, jimat dan pelet adalah syirik." Aku berkata, "Suatu hari aku keluar, lantas si fulan memandangiku hingga mataku selalu berair, jika mataku di jampi maka air matanya akan berhenti, namun jika tidak di jampi maka ia akan selalu berair." Abdullah berkata, "Itu adalah (perbuatan) setan, jika kamu mentaatinya maka setan akan meninggalkanmu, tapi jika kamu tidak mentaatinya maka ia akan menusuk matamu dengan jari-jarinya. Akan tetapi sekiranya kamu melakukan apa yang pernah di lakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka itu akan lebih baik bagimu dan lebih layak mendapatkan kesembuhan, kamu mengguyur kedua matamu dengan air sambil membaca: 'ADZHIBIL BA`SA RABBANNASI ISYFI ANTA SYAAFI LAA SYIFAA`A ILLA SYIFAA`UKA SYIFAA`AN LAA YUGHAADIRU SAQAMA (Hilangkanlah kesusahan, wahai Rabb manusia, sembuhkanlah. Sebab Engkaulah Maha penyembuh, yang tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit)

11. Tathayyur ., Perbuatan tathayyur, yaitu menjadikan sesuatu sebagai sebab kesialan atau keberhasilan suatu urusan, padahal Allâh Subhanahu wa Ta'ala tidak menjadikannya sebagai sebab yang berpengaruh. Yang termasuk dalam tathayyur ini antara lain meyakini adanya hari, tanggal, bulan yang sial, meyakini adanya suara burung sebagai adanyab tanda-tanda yang mendatangkan kesialan. Dan banyak lagi yang lainnya termasuk tathayyur.

Perbuatan ini juga dilarang keras oleh Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau ::
صحيح البخاري ٥٣١٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَكَمِ حَدَّثَنَا النَّضْرُ أَخْبَرَنَا إِسْرَائِيلُ أَخْبَرَنَا أَبُو حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ
Shahih Bukhari 5316: dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Tidak ada 'adwa (keyakinan adanya penularan penyakit), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada hammah (keyakinan jahiliyah tentang rengkarnasi) dan tidak pula shafar (menganggap bulan shafar sebagai bulan haram atau keramat).


12.Bersumpah dengan nama selain Allah .Demikian juga perbuatan bersumpah dengan nama selain Allâh Azza wa Jalla. Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
سنن أبي داوود ٢٨٢٩: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ قَالَ سَمِعْتُ الْحَسَنَ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ قَالَ
سَمِعَ ابْنُ عُمَرَ رَجُلًا يَحْلِفُ لَا وَالْكَعْبَةِ فَقَالَ لَهُ ابْنُ عُمَرَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى."اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ
Sunan Abu Daud 2829: dari Sa'd bin 'Ubaidah, ia berkata; Ibnu Umar mendengar seseorang bersumpah dengan mengatakan; tidak demi ka'bah. Kemudian Ibnu Umar berkata; sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka sungguh ia telah berbuat syirik."
13.Meyakini benda-benda pusaka, batu-batu,pohon  atau benda-benda apa saja sebagai barang yang bertuah yang dapat mendatangkan kemaslahatan dan kemudaratan, dapat mendatangkan rezeki, dapat memberikan kesembuhan dan berbagai kebaikan lainnya, merupakan perbuatan syirik.
14.Mempercayai ramalan-ramalan seperti primbon, zodiac (ramalan bintang), feng-shui, shio dan yang selainnya. Tidak seorangpun yang mengetahui tentang hal-hal yang ghaib seperti hal-hal yang berkaitan dengan nasib dan masa depan seseorang kecuali Allah Yang Maha Mengetahui. Percayai  kepada ramalan-ramalan berarti mempercayai adanya sesuatu selain Allah yang mengetahui hal-hal yang ghaib, perbuatan ini termasuk syirik.
15. Melakukan pengobatan dengan cara yang syirikTidak diperbolehkan berobat dengan hal-hal yang syirik, seperti: pengobatan alternatif dengan cara mendatangi dukun, tukang sihir, orang pintar, menggunakan jin, pengobatan jarak jauh dan sebagainya yang tidak sesuai dengan syari’at Islam, sehingga dapat mengakibatkan terjatuh ke dalam perbuatan syirik yang merupakan dosa besar yang paling besar.

Perbuatan Syirik Sebagai Tindakan  Kezaliman Yang Besar Terhadap Allah Dan Dosa Yang Tidak Diampuni
Sesungguhnya banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang diharamkannya perbuatan membuat tandingan-tandingan atau sekutu-sekutu terhadap Allah Yang Maha Esa.
Begitu banyak manusia yang didalam praktek kehidupan sehari-harinya tanpa disadarinya telah melakukan penyembahan kepada sesuatu selain Allah walaupun bentuk penyembahan tersebut tidak  dalam bentuk sujud, tetapi dalam bentuk lain seperti meyakini sesuatu itu dapat mendatangkan kemudharatan bagi dirinya ( misalnya meyakini hari atau bulan yang mendatangkan sial).Hal semacam ini tiada lain adalah bentuk perbuatan syirik.Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ
Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfa'at kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.(QS.Al Hajj:12 )
Dalam ayat lain Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman :
قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَاللّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfa'at ?" Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS.Al Maidah : 76 )
         Kepada mereka-mereka yang melakukan perbuatan syirik dengan berbagai prilakunya Allah bertanya sebagaimana dengan
Firman -Nya :
قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ
Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfa'at sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?"(QS.Al Anbiyaa’:66 )
Orang-orang yang melakukan kesyirikan tehadap Allah adalah orang-orang kafir seperti yang disinggung dalam firman-Nya :
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُهُمْ وَلَا يَضُرُّهُمْ وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَى رَبِّهِ ظَهِيرًا
Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfa'at kepada mereka dan tidak (pula) memberi mudharat kepada mereka. Adalah orang-orang kafir itu penolong (syaitan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya.(QS.Al Furqon:55)
          Orang-orang musyrik dan kafir mengatakan bahwa mereka sebenarnya tidaklah menyembah sesuatu selain Allah melainkan hanya sekedar sarana untuk mendekatkan diri melalui sesuatu selain Allah itu, sebagaimana disinggung dalam firman Allah ta’ala :
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.(QS.Az Zumar:3)
Firman Allah ta’ala :
فَلاَ تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.( QS.An Nahl : 74 )
Firman Allah ta’ala :
أَلا إِنَّ لِلّهِ مَن فِي السَّمَاوَات وَمَن فِي الأَرْضِ وَمَا يَتَّبِعُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ شُرَكَاء إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ
Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.(QS.Yunus: 66 )
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah [30], padahal kamu mengetahui.( QS.Al Baqarah : 22 )
 K e t e r a n g a n :
[30] Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
          Barang siapa yang telah berbuat syirik kepada Allah baik secara langsung melakukan penyembahan/bersujud kepada sesuatu selain Allah, mengagung-agungkan sesuatu lain Allah sebagaimana mengagung-agungkan Allah atau melakukan kesyirikan secara tidak langsung menyembah kepada sesuatu selain Allah seperti berkeyakinan pada sesuatu itu dapat mendatangkan kebaikan atau kemudharatan maka Alla    h subhanahu wa ta’ala tidak akan memberikan ampunan kepada mereka.Firman Allah ta’ala :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS.An Nisaa : 48 )
Pada ayat yang lain Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.(QS.An Nisaa: 116 )
          Selain ayat-ayat al-Qur’an yang mengemukakan tentang haramnya melakukan kesyirikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala , Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam juga menambahkan banyak keterangan tentang syirik tersebut dengan hadits-hadits beliau antara lain :
1.      Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam tentang syirik sebagai dosa yang paling besar :
صحيح البخاري ٦٤٠٨: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا الْجُرَيْرِيُّ ح و حَدَّثَنِي قَيْسُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا سَعِيدٌ الْجُرَيْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْبَرُ الْكَبَائِرِ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ ثَلَاثًا أَوْ قَوْلُ الزُّورِ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
Shahih Bukhari 6408: Sa'id Al Jurairi telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abu Bakrah dari ayahnya radliallahu 'anhu mengatakan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar lainnya adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, kesaksian palsu, kesaksian palsu (beliau mengulanginya tiga kali), atau ucapan dusta, " beliau tidak henti-henti mengulang-ulanginya sehingga kami mengatakan; 'Duhai, sekiranya beliau diam.'
2.      Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam bahwa syirik itu asdalah perbuatan zhaliman yang besar :
صحيح البخاري ٦٤٠٧: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ
{ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ }
شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالُوا أَيُّنَا لَمْ يَلْبِسْ إِيمَانَهُ بِظُلْمٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ لَيْسَ بِذَاكَ أَلَا تَسْمَعُونَ إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ
{ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ }
Shahih Bukhari 6407: dari Abdullah radliallahu 'anhu, mengatakan; 'Dikala diturunkan ayat; 'Sesungguhnya orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan keimanan mereka dengan kezhaliman' (QS. Al an'am 82), para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam merasa gusar, sehingga bertanya; 'Siapakah diantara kami yang tidak mencampur keimananya dengan kezjhaliman? ' Maka Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam menjawab; "Bukan itu yang dimaksudkan, tidakkah kalian mendengar ucapan Luqman; 'sesungguhnya kesyirikan adalah kezhaliman yang besar" (QS. Luqman 13)
3.      Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam yang menyebutkan bahwa barang siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah masuk neraka dan barang siapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah pasti  akan masuk surga :
صحيح البخاري ١١٦٢: حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا شَقِيقٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
وَقُلْتُ أَنَا مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ
Shahih Bukhari 1162: Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Al A'masy telah menceritakan kepada kami Syaqiq dari 'Abdullah radliallahu 'anhu berkata; Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Barangsiapa yang mati dengan menyekutukan Allah dengan sesuatu maka dia pasti masuk neraka". Dan aku ('Abdullah) berkata, dariku sendiri: "Dan barangsiapa yang mati tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun maka dia pasti masuk surga".
Dalam hadits lain disebutkan :
صحيح البخاري ١١٦١: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا وَاصِلٌ الْأَحْدَبُ عَنْ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي فَأَخْبَرَنِي أَوْ قَالَ بَشَّرَنِي أَنَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ قُلْتُ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ
Shahih Bukhari 1161: dari Abu Dzar radliallahu 'anhu berkata; Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Baru saja datang kepadaku utusan dari Rabbku lalu mengabarkan kepadaku" atau Beliau bersabda: "Telah datang mengabarkan kepadaku bahwa barangsiapa yang mati dari ummatku sedang dia tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun maka dia pasti masuk surga". Aku tanyakan: "Sekalipun dia berzina atau mencuri?" Beliau menjawab: "Ya, sekalipun dia berzina atau mencuri".
         Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan dalam al-Qur’an agar hamba-hamba-Nya tidak menyekutukan Allah sesuai dengan Firman Allah ta’ala :
فَلاَ تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.( QS.An Nahl : 74 )
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah [30], padahal kamu mengetahui.( QS.Al Baqarah : 22 )
 K e t e r a n g a n :
[30] Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
            Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan agar hamba-hamba yang beriman tidak mencampur adukkan iman mereka dengan syirik dan mereka-mereka tersebut merupakan orang-orang yang mendapatkan petunjuk.Firman Allah ta’ala :
الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS.Al An’am : 82 )
P e n u t u p
Islam sebagai agama tauhid, agama yang mengesakan Allah subhanahu ta’ala sebagai satu-satunya Allah yang berhak untuk disembah sangat keras menentang adanya menyekutukan Allah dengan sesuatu selainnya. Namun demikian masih ada saja sebagian dari umat islam ini, meskipun mereka mengakui Allah subhanahu wa ta’ala sebagai yang esa,  melakukan berbagai amal ibadah yang diperintahkan tetapi di dalam praktek keseharian mereka masih pula melakukan berbagai ritual peninggalan nenek moyang mereka yang jahiliyah. Begitu banyak praktek-praktek kesyirikan yang mereka lakukan dengan dalih sebagai kebiasaab adat istiadat dan tradisi yang perlu dipertahankan. Mereka beranggapan bahwa yang dinamakan syirik itu adalah melakukan penyembahan secara fisik kepada berhala-berhala sebagai mana yang dilakukan oleh kaum musyrikin dimasa Arab jahiliyah.
Sesungguhnya syirik itu tidak hanya terbatas menyembah kepada selain Allah, tetapi hakikat syirik itu sangat luas dan tidak terbatas. Syirik itu meliputi syirik rububiyah,syirik uluhiyah dan syirik asma wal sifat. Dan kita sebagai umat muslim harus mewaspadai hal tersebut agar tidak terjerumus kedalamnya agar selamat dari neraka kelak dikemudian hari.
Kalau Nabi Ibrâhim Alaihissallam saja sampai mengkhawatirkan dirinya dan keluarganya terjerumus dalam perbuatan menyembah kepada selain Allâh (syirik), dengan berdoa kepada Allah :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.(QS.Ibrahim :35 )
Padahal beliau Alaihissallam adalah nabi mulia yang merupakan panutan dalam kekuatan iman, kekokohan tauhid, serta ketegasan dalam memerangi syirik dan pelakunya, maka sudah tentu kita lebih pantas lagi mengkhawatirkan hal tersebut menimpa diri dan keluarga kita, dengan semakin bersungguh-bersungguh berdoa dan meminta perlindungan kepada-Nya agar dihindarkan dari semua perbuatan tersebut dan pintu-pintu yang membawa kepadanya. ( Wallahu’alam )
Sumber :
1.Al-Qur’an dan Terjemahan, www.Salafi-Db
2.Ensiklopedi Hadist Kitab 9 Imam,www.Lidwa-Pusaka.com
 3.Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik,H.Mahrus         Ali,Laa Tasyuki Press
    4. Majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun XIV/1431/2010M.
    5.Majalah SALAFY XXXVI/1421/2001,
    6.Buletin At-Tauhid
    7. Artikel Muslim.Or.Id
    8.Artikel www.yufidia.com
    9.Artikel Al-Manhaj.or.id
   10.Artikel www salafiyunfad
Selesai disusun, Selasa 23 Dzulqaidah 1433H/9 Oktober 2012
(Musni Japrie )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar