Perbuatan syirik menyebabkan kerusakan dan bahaya yang besar, baik
dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat. Adapun kerusakan dan
bahaya yang paling menonjol adalah:
Tetapi kemudian ia tidak mengetahui derajat dan martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebagian dari makhluk Allah sebagai tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri padanya.
Berbagai kehinaan tersebut, -hingga hari ini- amat banyak untuk bisa disaksikan. Ratusan juta orang di India menyembah sapi yang diciptakan Allah buat manusia, agar mereka menggunakan hewan itu untuk membantu meringankan pekerjaannya atau menyembelihnya untuk dimakan dagingnya.
Sebagian umat Islam menginap dan tinggal di kuburan untuk meminta berbagai kebutuhan mereka. Padahal, orang-orang yang mati itu juga hamba Allah seperti mereka. Tidak bisa mendatangkan manfaat atau bahaya untuk mereka sendiri.
Al-Husain bin Ali misalnya, ia tidak bisa menyelamatkan dirinya dari pembunuhan. Lalu bagaimana mungkin kemudian ia bisa menolak bahaya yang menimpa orang lain dan mendatangkan manfaat kepadanya?
Orang-orang yang meninggal itu justru amat membutuhkan do'a dari orang-orang yang masih hidup. Kita mendo'akan mereka, tidak berdo'a dan memohon kepadanya, sebagai sesembahan selain Allah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui, bilakah pe-nyembah-penyembahnya akan dibangkitkan." (An-Nahl: 20-21)
"Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (Al-Hajj: 31)
Karena itu, dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan ke-musyrikan, "barang dagangan" dukun, tukang nujum, ahli sihir dan semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka mendakwakan dirinya bisa mengetahui ilmu ghaib, yang sesungguhnya tak seorang pun mengetahuinya kecuali Allah. Di samping itu, dalam masyarakat semacam ini, mereka sudah tak mengindahkan lagi ikhtiar dan mencari sebab, serta meremehkan sunnah kauniyah (hukum alam).
Adapun orang-orang yang musyrik, mereka mengambil selain Allah sebagai Tuhan, serta mengambil selainNya sebagai penguasa. Syirik merupakan kezhaliman dan penganiayaan terhadap diri sendiri. Sebab seorang musyrik menjadikan dirinya sebagai hamba bagi makhluk sesamanya, bahkan mungkin lebih rendah dari dirinya. Padahal Allah menjadikannya sebagai makhluk yang merdeka.
Syirik juga merupakan penganiayaan terhadap orang lain, sebab orang yang disekutukan dengan Allah telah ia aniaya, lantaran ia memberikan hak padanya, apa yang sebenarnya bukan miliknya.
Karena itu, dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan kemusyrikan, putus asa dan ketakutan tanpa sebab adalah sesuatu hal yang lumrah dan banyak terjadi. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zhalim." (Ali Imran: 151)
"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa'atan, dan mereka berkata, 'Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah.'Katakanlah, 'Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahuiNya baik di langit dan tidak (pula) di bumi.' Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu)." (Yunus: 18)
Orang-orang Kristen yang melakukan berbagai macam kemungkaran juga mempercayai bahwa Al-Masih telah menghapus dosa-dosa mereka, ketika ia disalib. Demikian menurut anggapan mereka.
Demikian pula sebagian umat Islam, mereka meninggalkan berbagai kewajiban, melakukan ragam perbuatan haram, tetapi mereka tetap mengandalkan syafa'at Rasul mereka agar dapat masuk Surga. Padahal Rasulullah kepada putrinya sendiri berkata:
"Wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah dari hartaku sekehendakmu, (tetapi) aku tidak bermanfaat sedikitpun bagimu di sisi Allah." (HR. Al-Bukhari)
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, Tidaklah bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun." (Al-Maa'idah: 82)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa meninggal sedang ia berdo'a (memohon) kepada selain Allah sebagai tandingan (sekutu), niscaya ia masuk Neraka." (HR. Al-Bukhari)
"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (Ar-Ruum: 31-32)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (Al-Furqaan: 23)
22.1 Syirik menghinakan eksistensi kemanusiaan
Syirik menghinakan kemuliaan manusia, menurunkan derajat dan
martabatnya. Sebab Allah menjadikan umat manusia sebagai khalifah di
muka bumi. Allah memuliakannya, mengajarkannya seluruh nama-nama,
lalu menundukkan baginya apa yang ada di langit dan di bumi
semuanya. Allah menjadikannya penguasa di jagad raya ini.
Tetapi kemudian ia tidak mengetahui derajat dan martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebagian dari makhluk Allah sebagai tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri padanya.
Berbagai kehinaan tersebut, -hingga hari ini- amat banyak untuk bisa disaksikan. Ratusan juta orang di India menyembah sapi yang diciptakan Allah buat manusia, agar mereka menggunakan hewan itu untuk membantu meringankan pekerjaannya atau menyembelihnya untuk dimakan dagingnya.
Sebagian umat Islam menginap dan tinggal di kuburan untuk meminta berbagai kebutuhan mereka. Padahal, orang-orang yang mati itu juga hamba Allah seperti mereka. Tidak bisa mendatangkan manfaat atau bahaya untuk mereka sendiri.
Al-Husain bin Ali misalnya, ia tidak bisa menyelamatkan dirinya dari pembunuhan. Lalu bagaimana mungkin kemudian ia bisa menolak bahaya yang menimpa orang lain dan mendatangkan manfaat kepadanya?
Orang-orang yang meninggal itu justru amat membutuhkan do'a dari orang-orang yang masih hidup. Kita mendo'akan mereka, tidak berdo'a dan memohon kepadanya, sebagai sesembahan selain Allah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui, bilakah pe-nyembah-penyembahnya akan dibangkitkan." (An-Nahl: 20-21)
"Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (Al-Hajj: 31)
22.2 Syirik adalah sarang khurafat dan kebatilan
Sebab orang yang mempercayai adanya sesuatu yang bisa mem-beri
pengaruh selain Allah di alam ini, baik berupa bintang, jin, arwah
atau hantu berarti menjadikan akalnya siap menerima segala macam
khurafat (takhayul), serta mempercayai para dajjal (pendusta).
Karena itu, dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan ke-musyrikan, "barang dagangan" dukun, tukang nujum, ahli sihir dan semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka mendakwakan dirinya bisa mengetahui ilmu ghaib, yang sesungguhnya tak seorang pun mengetahuinya kecuali Allah. Di samping itu, dalam masyarakat semacam ini, mereka sudah tak mengindahkan lagi ikhtiar dan mencari sebab, serta meremehkan sunnah kauniyah (hukum alam).
22.3 Syirik adalah kezhaliman yang sangat besar
Yaitu zhalim terhadap hakikat. Sebab hakikat yang paling agung
adalah "Tidak ada Tuhan (yang berhak di sembah) selain Allah", Tidak
ada Rabb (pengatur) selain Allah, tidak ada Penguasa selainNya.
Adapun orang-orang yang musyrik, mereka mengambil selain Allah sebagai Tuhan, serta mengambil selainNya sebagai penguasa. Syirik merupakan kezhaliman dan penganiayaan terhadap diri sendiri. Sebab seorang musyrik menjadikan dirinya sebagai hamba bagi makhluk sesamanya, bahkan mungkin lebih rendah dari dirinya. Padahal Allah menjadikannya sebagai makhluk yang merdeka.
Syirik juga merupakan penganiayaan terhadap orang lain, sebab orang yang disekutukan dengan Allah telah ia aniaya, lantaran ia memberikan hak padanya, apa yang sebenarnya bukan miliknya.
22.4 Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan
Orang yang akalnya menerima berbagai macam khurafat dan mempercayai
kebatilan akan diliputi ketakutan dari berbagai arah. Sebab ia
menyandarkan dirinya pada banyak tuhan. Padahal tuhan-tuhan itu
lemah dan tak kuasa memberi manfaat atau menolak bahaya bagi dirinya.
Karena itu, dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan kemusyrikan, putus asa dan ketakutan tanpa sebab adalah sesuatu hal yang lumrah dan banyak terjadi. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zhalim." (Ali Imran: 151)
22.5 Syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang ber-manfaat
Sebab syirik mengajarkan kepada para pengikutnya untuk meng-andalkan
para perantara, sehingga mereka meninggalkan amal shalih. Sebaliknya
mereka melakukan perbuatan dosa, dengan i'tiqad bahwa mereka akan
memberinya syafa'at (pertolongan) di sisi Allah. Dan inilah yang
merupakan kepercayaan orang-orang Arab jahiliyah sebelum kedatangan
Islam. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman tentang mereka:
"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa'atan, dan mereka berkata, 'Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah.'Katakanlah, 'Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahuiNya baik di langit dan tidak (pula) di bumi.' Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu)." (Yunus: 18)
Orang-orang Kristen yang melakukan berbagai macam kemungkaran juga mempercayai bahwa Al-Masih telah menghapus dosa-dosa mereka, ketika ia disalib. Demikian menurut anggapan mereka.
Demikian pula sebagian umat Islam, mereka meninggalkan berbagai kewajiban, melakukan ragam perbuatan haram, tetapi mereka tetap mengandalkan syafa'at Rasul mereka agar dapat masuk Surga. Padahal Rasulullah kepada putrinya sendiri berkata:
"Wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah dari hartaku sekehendakmu, (tetapi) aku tidak bermanfaat sedikitpun bagimu di sisi Allah." (HR. Al-Bukhari)
22.6 Syirik menyebabkan abadi di dalam Neraka
Syirik menyebabkan kesia-siaan dan kehampaan di dunia. Sedang di
akhirat, menyebabkan pelakunya abadi di dalam Neraka. Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, Tidaklah bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun." (Al-Maa'idah: 82)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa meninggal sedang ia berdo'a (memohon) kepada selain Allah sebagai tandingan (sekutu), niscaya ia masuk Neraka." (HR. Al-Bukhari)
22.7 Syirik memecah belah umat
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (Ar-Ruum: 31-32)
22.8 Kesimpulan
Semua pembahasan di muka, memberikan kejelasan kepada kita bahwa
syirik adalah sebesar-besar perkara yang wajib kita menjaga diri
daripadanya. Kita harus bersih dari perbuatan syirik. Takut jika
kita terjerumus ke dalamnya, karena ia adalah dosa yang paling
besar. Di samping itu, syirik juga bisa menghapuskan pahala amal
shalih yang ia lakukan. Bahkan amalan yang terkadang bermanfaat
untuk kepentingan umat dan kemanusiaan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (Al-Furqaan: 23)
Disunting dari : Al Firqotun An Najiyah oleh Syaikh Muhammad bin Jami Zainu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar